BANYUWANGI: Satya Bhakti Praja Mukti
*artinya: setia pada bakti untuk masyarakat makmur
Semboyan ini benar benar diusung oleh Bupati Azwar Anas yang menjabat sejak 21 Oktober 2010.
Rasanya sebelum Bupati Anas menjabat, kabupaten Banyuwangi sebagai kabupaten terletak di paling timur pulau Jawa hanya dikenal sebagai persinggahan untuk menuju Gilimanuk Bali dari pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Namun sejak beliau menjabat, Banyuwangi menggelar puluhan acara setiap tahun nya, dan acara seperti lomba sepeda Tour de Ijen (kami tiba di hari terakhir event ini), telah mendunia.
Saat kami berkeliling kota dan sekitarnya, terlihat kota ini tengah berkembang. Jawa Timur patut berbangga bisa menghasilkan kembali daerah wisata, selain Batu Malang (lihat post kami di sini).
Kota ini unik juga karena terasa nuansa Hindu karena dekat dengan Bali.
Flight & Hotel
Untuk penerbangan ke Banyuwangi kami menggunakan maskapai Nam Air, namun 1 bulan sebelum keberangkatan, ternyata Garuda juga buka penerbangan ke Banyuwangi.
Karenanya kami mengubah tiket pulang ke Garuda, yang memiliki jam terbang lebih sesuai.
Untuk Hotel, kami memilih menginap di Hotel Ketapang Indah (website di sini). Lokasi agak di luar pusat kota, dekat ke pelabuhan ferry ke Bali.
Hotel amat menyenangkan karena memiliki pantai, kolam renang besar, dan berupa cottage tersebar di area yang asri.
Tour Guide
Dalam perjalanan ke Banyuwangi ini kami dibantu oleh local guide dari yukbanyuwangi.co.id
Pak Indra yang menjadi guide kami amat akomodatif dalam menyusun jadwal.
Salah satu tantangan dari menyusun jadwal adalah terpencarnya lokasi-lokasi wisata yang cukup jauh, sementara kami hanya menginap 2 malam.
Pihak yukbanyuwangi.com menyediakan kendaraan + bensin + tiket masuk ke obyek wisata plus air minum untuk di perjalanan. Makanan kami memutuskan untuk mengatur sendiri.
1. Hari Pertama
Tempat yang pertama kami kunjungi adalah Taman Jawatan, sebuah taman yang dipenuhi oleh pohon trembesi yang sudah berumur.
Tujuan ke sini jelas yang utama adalah foto2x, namun anak-anak cukup menikmati karena bisa naik ke atas rumah pohon.
Selanjutnya kami menuju ke Pantai Mustika dan Pantai Pulau Merah, dimana di perjalanan kami melihat banyak yang bercocok taman buah naga.
Kami berhenti sebentar untuk makan siang di Restoran deTumpit di dekat Pantai Mustika.
Pantai Pulau Merah lebih dipenuhi wisatawan yang ingin berfoto (ada spot khusus utk foto), dan yang inign menyewa kapal untuk mengelilingi Pulau Merah.
Kami menyewa satu perahu, namun ternyata perjalanan cukup mengerikan. Gelombang ternyata lumayan tinggi. Anak-anak sudah menunjukkan ketakutan, sehingga kami memutuskan mengakhiri sebelum sempat mengelilingi pulau.
Kami mengakhiri hari dengan makan di Waroeng Bik Ati yang terkenal dengan menu rawon-nya. Ternyata memang top. Cuma porsi nasinya tidak tahan… besar sekali.
Setelah itu kami menuju hotel karena akan bersiap tengah malam ke Ijen.
2. Hari Kedua – Ijen & Baluran
Jadwal ideal Kawah Ijen sebenarnya adalah sebagai berikut :
00:30 Berangkat menuju Ijen
02:00 Sampai di Paltuding (start pintu masuk) > Tracking naik ke kawah > Tracking turun ke Dasar Kawah (api biru) harus sebelum jam 04.00
04:30 Naik ke Puncak Kawah lagi untuk menanti sunrise.
06:00 Meninggalkan area Kawah ke Paltuding.
07:30 Meninggalkan Ijen.
Namun ternyata perjalanan kami tidak se-ideal itu karena faktor cuaca dan ketidaktahuan akan medan (karena bawa anak-anak 6 tahun).
O ya ternyata sehari sebelumnya, rombongan Gubernur DKI (Djarot) mengunjungi Ijen dan saat cuaca amat baik. Kontras dengan yang kami alami.
Kami tiba di Paltuding sesuai target, dan langsung di-assign guide dan langsung menaruh anak di gerobak yang akan ditarik oleh dua orang. Apakah perlu guide? Jika mau turun sampai ke dasar kawah untuk melihat api biru, sebaiknya hire guide yang akan menjadi time keeper, menunjukkan jalur turun ke kawah yang cukup curam, dan menyediakan masker beserta penggunaannya yang benar (kapan dan bagaimana).
Berikut adalah segmen ke Ijen :
Paltuding ke Checkpoint 1 (1 km an)
Ini adalah awal pendakian. Kenapa saya sebut Checkpoint 1? Karena di titik ini, yang tidak terbiasa jalan tanjakan akan mulai ‘menyerah’ dan para penyedia jasa gerobak amat tahu memanfaatkan hal ini. Sebaiknya kita mengukur kemampuan dan jika memang tidak kuat sebaiknya segera memutuskan menggunakan gerobak, karena masih ada 2-3 km lagi tanjakan yang dilalui. Better save energy untuk turun kawah.
Checkpoint 1 ke Marking 2234 m
Saat segmen ini, kami sudah menyadari bahwa cuaca kurang mendukung (hujan dan kabut). Segmen ini sekitar 2-3 km, dan berakhir di sebuah tempat mirip pit stop yang menjual makanan dan minuman.
Puncak Kawah
Setelah berjalan kurang lebih 1.5 km lagi, tibalah kita di kawah. Di sini ternyata untuk mencapai api biru harus turun lagi sejauh 1 km namun curam (bukan jalan lurus melainkan undakan).
Kami pun menyadari, anak-anak tidak mungkin melakukannya. Menunggu sunrise pun terlalu lama. Akhirnya diputuskan anak-anak kembali ke Marking 2234 m dan saya melanjutkan turun sendirian.
Dasar Kawah (Api Biru)
Di sini pentingnya guide. Dari awal dia menyarankan saya ngebut, dan akhirnya tahu kenapa. Jalur turun ke dasar kawah, praktis hanya 1. Jadi kalau telat, kita akan turun sambil menghadapi arus balik yang akan naik kembali ke puncak, yang akan sangat memperlambat waktu turun, sehingga bisa terlewatkan momen api biru.
Pentingnya guide yang berikut adalah menunjukkan jalur yang aman, memberikan saran kapan harus mulai pakai masker, dan memberi tips saat di dekat kawah api biru utk memalingkan muka saat terjadi angin yang membawa belerang ke arah muka.
Kelihatan simple, namun jika kita tidak siap, bisa terkena panic attack saat tiba-tiba tidak bisa bernafas akibat udara penuh belerang.
Kembali ke Puncak dan Kembali ke Paltuding
Saat mendaki ke Puncak Kawah, kita akan menghadapi para wisatawan yang baru akan turun jadi akan lebih lama. Dan begitu tiba menjemput anak-anak, mereka sudah bosan menunggu, dan malas untuk kembali ke kawah untuk foto di saat terang. Sehingga kami memutuskan turun dan kembali ke hotel.
Lesson Learned : Jika bawa anak kecil (yang belum bisa tracking turun ke kawah), mungkin sebaiknya fokus pada menikmati kawah dari atas saja saat siang hari.
—
Kami kembali ke hotel sekitar jam 7an pagi, dan tidur sampai makan siang, untuk menuju Taman Nasional Baluran. Taman ini terletak di perbatasan dengan Situbondo. Perjalanan yang makan waktu adalah dari pintu masuk menuju area savana yang amat ngetop, karena jalan jelek sekitar 8 km.
Savana-nya memang memukau. Binatang yang ditemui adalah kerbau dan monyet. Jika mau lebih jauh, akan tiba di Pantai Bama, dimana terdapat hutan bakau dan monyet-monyet yang berkeliaran.
Tempat ini amat menjanjikan jika dikembangkan serius.
Setelah dari Baluran, kami kembali ke Banyuwangi, dan merasakan nikmatnya RM Pecel Ayu. Sebelum ke Hotel kami mengunjungi pusat oleh oleh Osing Deles. Di sini dijual handicraft, tekstil (batik), dan camilan.
Hari Ketiga
Tadinya kami bermaksud mengunjungi Pinus Songgon, namun akhirnya memutuskan untuk membiarkan anak menikmati hotel saja. Mereka bisa bermain di playground, berenang, dan main di pantai.
Menjelang ke bandara untuk pulang, jangan lupa untuk foto di spot yang sudah disediakan dengan latar sawah, dan tulisan Banyuwangi.
Akhir kata, Banyuwangi masih memiliki banyak spot wisata yang membuat kita kurang kalau sekali ke sana. Masih ada pantai2, air terjung, arung jeram, taman nasional (Meru Betiri).
[wp_ad_camp_1]