Khusus makanan dan minuman, lihat juga posting ini.
Tahun 1999, saya melemparkan koin ke Trevi Fountain. Katanya pelemparan itu bisa menandakan bahwa kelak saya akan balik ke sana. Somehow, 2011 November bener kejadian balik lagi ke sana.
Kali ini ke Italia dalam rangka kunjungan kerja, yang kalau saya kerja di DPR pasti akan diprotes, karena isinya ada jalan-jalan ke Milan, Venice, dan Roma.
Dari yang dikunjungi sebenarnya standard :
- Milan : Duomo (Milan Cathedral) yang bikinnya aja setengah abad. Vittorio Emanuel II gallery, tempat belanja. Sempat juga mampir ke Swiss border, lihat Foxtown, mal sederhana (compared to prominent mall in Jakarta) namun isinya brand kelas kakap.
- Venice : what else? Piazza Di Marco and Rialto bridge.
- Rome : Yang standard : St Peter Basilica dan Colliseum. Yang agak non-standard : Roman Forum.
Dari segi tempat yang dikunjungi, saya yakin standard aja, dan bisa di Google, atau lihat posting terdahulu di sini. Tapi ada beberapa yang menarik dari perjalanan kali ini.
1. Church : same ritual, different prayer.
Jika travel, kami selalu biasakan menyempatkan untuk mengunjungi gereja. Selain foto, kami menyempatkan diri untuk duduk dan berdoa.
Kali ini, walau sendiri, saya amat senang bahwa isi doa utama adalah bersyukur atas kehadiran our gemini, Deven & Chia. Dilakukan di Duomo Milan, St. Peter Basilica Roma, dan sebuah gereja di pinggir Trevi Fountain.
2. Knowledgeable Local Tour Guide
Kadang suka kasihan ke tour guide. Ga ada yang dengerin. Tadinya sempat was was karena rombongan ini kecil dan sebagian besar pernah ke Italia.
Tapi ternyata local tour guide amat pintar untuk ambil sudut cerita. Di St. Peter, dia menggunakan fakta sederhana untuk menunjukkan besaran gereja ini. Panjang pena tergambar di langit-langit adalah 6 meter. Di Colloseum dia juga memaparkan beberapa hal yang merupakan temuan baru dalam sejarah.
Very smart. Bukti bahwa semua pekerjaan, termasuk sejarah yang harusnya tidak bergerak, haruslah terus belajar.
3. Venice the most romantic place in Italy!
Ke tempat lain, dg teman, rekan kerja, atau keluarga oke oke aja. Tapi ke Venice, memang seharusnya with your loved one. The piazza, the gondola, the streets, and (of course) the Rialto Bridge. It’s a perfect setting to be romantic (selain Paris).
4. Dragon on the Rise
Selama pergi ada joke among us. Satu-satunya tempat dimana kami ngga ketemu Chinese tourists adalah saat kunjungan kerja!
Well, but it’s true. Semua tempat wisata kini bukan didominasi turis Jepang atau negara maju lain, melainkan turis Cina.
Masuk ke butik Gucci dan LV di Spanish Square, suasananya ngga beda dengan di Mangdu 🙂
Wonder what will happen in the next 12 years.
5. Film apa yang pakai scene di sini?
Senang saat yang ikut ada yang hobi film. Dan sering nanya, ayo film apa yang setting-nya di sini? Untuk Colloseum, tentu Gladiator. Tapi Jumper juga kan? Terus Double Team. Dan satu yg bukan masa saya : Chuck Norris vs Bruce Lee di Way of the Dragon.
Tapi di Venice? Di St. Peter Basilica? Ayo!
Memang asyik untuk cari setting film terkenal. Seperti dulu pernah sengaja ke platform King Cross station di Inggris (untuk film apa hayo!!).
6. Wally? Carmen Sandiego? Starbuck?
Salah satu misi memang mencoba kopi lokal. Sayang, kedai kopi di Milan yang katanya serving the best coffee in town, ga buka pas ke sana. Tapi tetap di mana pun kopi di-serve, tidak pernah mengecewakan.
Dan tentu saja, tidak ada yang berani bikin franchise kopi-kopian dan tiam-tiaman di negeri yang punya tradisi kopi (drinking coffee is as important as breathing!).
Starbuck mungkin bisa mengeruk kantung kita orang Indonesia, tapi di Italia? Ngga nampak satu pun tuh.. Sampai bela-belain ngecek internet. Dan bener. Starbuck TIDAK BERANI masuk Italia.
7. Tetap belum Nonton Bola
Ke Inggris ga nonton bola, ke sini juga sama. Coba jadwalnya bergeser sehari, bisa nonton AC Milan vs Barcelona!
Tapi atmosfer-nya amat terasa. Satu restoran teriak saat Napoli unggul atas Manchester City di TV (Napoli uno!!!).
8. Qatar Airways!
Pertama kalinya naik Qatar Airways. Memuaskan. Entertainment-nya oke banget, tons of music, film, TV shows, games. Good F&B.
9. The Logic of Shopping
Sorry judul salah, shopping is never about logic. Made-in-Cambodia lebih mahal dari Made-in-Italy. Survenir Italia adalah kaos Hard Rock Cafe.
Tapi I also did illogical thing by buying on impulse on non-Italian thing (boneka Disney dooh). Sekarang ngerti kenapa ‘anak’ sering jadi alasan baik untuk belanja.
10.Wish
Berharap tetap bisa kapan-kapan balik lagi untuk pelesir ke Italia. Terutama melihat Italia Selatan dan pantai, dan bisa lebih ‘be local‘.