Bon Appetit Travel

[travelfood] Italy 2011 {10 Cicip}

Baru saja dapat kesempatan kedua ke Italia sejak kunjungan pertama 12 tahun sebelumnya. Pada saat itu, salah satu penyesalan adalah tidak mencoba makanan minuman lokal.

Makanya, di kesempatan kali ini, walau diatur tour juga, plus di jadwal hanya ada satu kali makanan Italia beneran (bukan ngasal), sudah bulatkan niat mencoba makanan dan minuman lokal.

Didukung pula oleh waktu yang lebih senggang, maka walau kesempatan mencicip itu tidak banyak, masihlah dapat beberapa ‘rasa’ lokal, walau beberapa di antaranya di area turis juga.

Italian

Berikut laporannya.

1. Pizza. Saat di Roma, sempat menyelinap ke pizzaria, walau udah lunch, tetap nekat ambil 1 slice (€2). Coba yg jamur. Walau simple, memang mantap.

2. Coffee. Jangan sampai melewatkan kopi di negara di mana Starbuck ngga berdaya. Saat di surga belanja Vittorio Emanuele, berbekal buku, sudah ngincer Zuppa, the best coffee in Milan, tapi sayang sampai jam 11 belum juga buka. Jadi seruput Latte di kafe sebelahnya aja (€7). Well, faktor harga, atmosfir, suhu, memang membuat kopi tersebut enak sekali.

3. Bir. Salah satu habit lokal adalah malam pergi ke bar. Ambil minuman ‘berat’, selain dapat kacang dan snack spt di sini, juga dapat kudapan sandwich kecil plus buah olive. Local beer yang amat terkenal adalah Peroni. Satu grup nyelinap ke sebuah bar tepi jalan di malam hari dan teguk Peroni ini (€10).

4. Gelato atau sorbet. Ingat! Jangan samakan dengan es krim (Google aja utk tahu bedanya). Dua kali coba, di Venice coba Ciok Arancia – coklat gelato campur orange sorbet (heaven!). Sekali lagi di Roma, dekat Trevi fountain, coba yang Tartufo (dark chocolate plus kacang plus cherry). Juga dahsyat. Yg khas sebenarnya lemon, tp di Jakarta sering coba. (€2 satu scoop).

5. Liquor. Karena bukan penikmat alkohol, tidak ada nyali untuk coba Grappa, fermentasi khas Italia, 40% alkohol! Nyali cuma kuat untuk seruput Lemoncello aja. Botol kecil €4.

6. Risotto. Studi banding nasi. Sebenarnya cari yg versi Milan (non halal karena pakai beberapa bahan yang lebih baik ngga tahu deh), tapi baru sempat di Roma dan dapat yang standard. Ini ga bayar karena masuk menu.

7. Gnocchi. Dapat kesempatan utk membatalkan satu resto Chinese dan pilihan penggantinya pun dahsyat, restoran lokal yang sudah buka dari 1916. Ngga salah pilih karena we’re the only non-Italians there. Malas pilih pasta (standard), jadi pilih Gnocchi, alias Italian dumpling. Menurut guide yg join makan di sana, Gnocchi kebanyakan masih hand-made jadi ngga setiap hari ada. (€8).

8. Dessert. Nama boleh mirip Jepang, tapi tiramisu asli Italia. Tahukah kamu bahwa artinya “Pick Me Up”? Untungnya, satu-satunya jadwal resto Italia, penutupnya tiramisu. Jadi tidak perlu cari-cari.

9. Snack. Ke supermarket, dan ambillah biskuit, kripik, dan cemilan lain (merk lokal tentunya). Teman perjalanan rasa Italia.

10. Pomodoro = Tomat. Bukan makan buah tomat, tapi tomat adalah bahan utama masakan Italia. Jadi hampir di setiap masakan, mengandung tomat, seperti olesan di roti pizza, taburan di atas bruschetta, dan sausnya pasta.

O ya, satu lagi, ada catatan khusus mengenai restoran di Roma hari terakhir yang bernama Tanagra (web di sini). Layak untuk dikunjungi. Mereka memang sengaja meramu ritual makan malam (diserve langsung menu per menu di meja), diselingi dengan penampilan musik opera yang entertaining (dengan melibatkan audiens tentunya).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[wp_ad_camp_1]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Powered by: Wordpress