Travel

[travelog] Jayapura, Sentani (Papua) (2007)

Tidak pernah menyangka kalau akhirnya bisa juga ke Papua, the largest island in Indonesia. Dengan Garuda dari Jakarta jam 21.50 – stop over di Makassar, lanjut ke Biak dan tiba di Sentani Airport (appr. 1 hours from Jayapura) jam 07.20

Sambutan pertama adalah gigitan nyamuk yang luar biasa banyak. Untung sudah diinformasikan, minum pil Kina biar engga kena Malaria. Tapi konon, diperlukan 500 gigitan nyamuk sebelum sakit Malaria; jadi, bakal bengkak2 dulu deh. Yang penting kondisi fit, engga terlambat makan pasti engga kena Malaria katanya.

FACT

Panjangnya pulau Papua ini adalah 1200km dari timur ke barat dan 736km dari utara ke selatan. Gunung yang tinggi dan mungkin merupakan satu2nya gunung yang diselimuti salju di Indonesia adalah Puncak Jaya (5050m). Selain itu terdapat pula Puncak Mandala (4700m). Cuaca di kota Jayapura, walaupun kadang hujan tetapi juga sangat panas di bulan Febr.

HOTEL

Karena hampir semua acara ada di daerah Sentani, dan menurut ‘the bible’ hotel terbaik dengan kamar yang luxurious adalah Sentani Indah Hotel; maka kami rencana tinggal di hotel ini. Hotelnya sendiri dekat sekali dengan airport, kurang dari 10 menit dengan mobil. Sayang, hotel ini sudah sangat tua, tidak terawat, dengan kolam renang yang pastinya sudah lama tidak ada yang menggunakan kecuali para nyamuk.. dan dengan harga Rp 480K/night kami memutuskan untuk batal tinggal di tempat ini dan pindah ke hotel baru, bersih & very comfortable: Swiss-Belhotel di Jayapura. (Rp 570K/night)

SOUVENIR

Efek film Denias Senandung di Atas Awan, my collague jadi tertarik untuk punya tas Noken, tas yang dipakai di Denias, tidak saja bisa disandangkan di pundak tetapi juga diikat di kepala. Tas yang berasal dari tali dari akar nibun dengan pewarna dari tanah merah dan kapur putih ini bukan saja untuk membawa barang, tetapi denga diberi daun2an sebagai alasnya; dapat digunakan untuk membawa bayi. Ya betul, bayi!

Target lokasi untuk beli souvenir adalah Pasar Hamadi di Jayapura. Menurut penjual yang mayoritas orang Makassar (& tidak ada satupun orang Papua asli sebagai pedagang), tas Noken asli Wamena ini sudah sangat jarang diproduksi akibatnya adanya BLT. Yang tersisa adalah tas yang sudah rusak karena getas atau terlalu besar. Tetapi sangat menarik melihat souvenir yang dijual di tempat ini, mulai dari patung totem, koteka (Rp 25K), kalung dari taring babi atau tengkorak monyet, topi dari burung cendrawasih yang sanga cantik (Rp 500K) tempat HP dari kulit kayu, kapak batu hijau dan gelang rotan dari suku Dani, atau hiasan dinding dari kulit kayu dan akar kayu yang sangat besar.

JALAN

Jayapura, ibu kota provinsi Papua yang terletak di bibir Teluk Yos Sudarso dan Teluk Yotefa memang luar biasa dengan panorama alam hijau yang berbukit-bukit serta lautan Pasifik berair biru yang luas ditambah awan yang terlihat lebih biru.

Sentani, sekitar 1 jam dari Jayapura dan dimana airport berada terkenal dengan Danaunya yang indah juga makam dari Theys Hiyo Eluay; tempatnya sendiri dikenal sebagai Papua Freedom & Human Rights Abuses Memorial Park(jl. Kemiri Sentani Kota)

Danau Sentani – object utama dari Sentani, danau seluas 96,5 km2 ini katanya cukup berbahaya untuk dipakai jetski karena ada rumput hidup dibawahnya. Tetapi luas danau dan pemandangan sekelilingnya sangat cantik dan sayang untuk dilewatkan.

Taman Budaya – (jl. Abepura, Waena; antara Sentani-Jayapura) kalau mau melihat rumah2 tradisional tanpa perlu mengelilingi seluruh pulau Papua, tempat ini boleh dikunjungi.

Vihara Arya Dharma – (jl. Abepura-Entrop) tidak seperti kebanyakan vihara yang berwarna merah tapi layak dikunjungi karena lokasinya diatas bukit. Konon vihara ini dibangun oleh chinese Hong Kong.

Pantai Base-G – atau dikenal juga sebagai pantai Ria, pantai pasir putih yang bersebelahan juga dengan hutan, masih sangat alami & menarik. Katanya, tempat ini hanya ramai 3X tiap tahunnya, natal, lebaran & tahun baru.

Pasar Gelael – di halaman depan Toserba Gelael, kalau sore hari pedagang dari suku2 di Papua, seperti waimena, sorong dll berjualan semua bahan untuk memasak ataupun buah2an. Yang menarik adalah adanya buah pisang & buah nanas dengan ukuran besar dan warna merah kulitnya. Berbicara tentang merah, Papua yang akhir2 ini dikenal dengan buah merahnya ternyata hanya ada di bulan Des/Jan & Jun/Jul – jadi belum lihat deh.

MAKAN

Kesan pertama: Mahal! Untuk model ayam penyet/pecel ayam yang di Papua disebut Lalapan, di tempat yang sederhana bisa menghabiskan Rp 25-30K. Kwetiau goreng di Bagus Pandang (model Rindu Alam di Puncak, Cipanas) – Rp 25K; rasanya jauh dari enak & sangat berminyak. Tapi tempatnya sendiri sangat bagus, dan layak untuk dikunjungi untuk minum tea sore hari.

Yang masih lumayan, walau harganya mahal adalah Resto Green View (jl. Argapura II/9 Jayapura – ph. 0967-537112), menyediakan chinese food dengan koki impor dari Malaysia. Kepiting Asam Manis & Lada Hitamnya yummy! Juga, udang goreng dengan kremesan dari oatmeal boleh dicoba.

Tetapi yang pasti, selama di Papua tidak pernah makan makanan khas Papua. Pertama, karena tampaknya tidak ada yang jual ataupun tidak berani ikut mencoba. Misalnya cemilan, buat orang Papua cemilan adalah mengunyah buah pinang+kembang sirih+kapur; efeknya gigi & tulang akan kuat. Efek tambahan lagi adalah bibir akan jadi merah tanpa perlu menggunakan lipstik. Makanan utama adalah Bapeda, dengan bahan dasar sagu yag diberi air hangat. Selain itu ada juga Daging Asap. Tidak sama dengan smoke beef yang umum dikenal orang barat; cara pengolahan adalah dengan menggunakan batu yang panas, ditutup daun2an diatasnya diletakkan daging tanpa bumbu. Daging yang digunakan bisa sapi, babi ataupun ikan. Sempet lihat yang berbahan ikan, hmm dari baunya.. perlu nyali untuk mencobanya.

PENUTUP

Kembali dari Papua, pertanyaan yang muncul adalah, lihat orang dengan Koteka tidak. Karena Jayapura is like the most-medium city di Indonesia.. semua sudah menggunakan baju sama seperti kita.

Yang memang sangat disayangkan adalah akibat sistem pendidikan, maka sebetulnya penduduk Papua asli kebanyakan ‘kalah bersaing’ dari pendatang asal sulawesi ataupun jawa yang banyak disekitar Papua.

=======================

Foto-foto berikut :

PS : All images were taken during the trip. Click the picture to see detail view, and click on it again to close the detail view.

 

 

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Powered by: Wordpress